Senin, 30 Maret 2015

STEP BY STEP PROGRAM BAYI TABUNG

sumber gambar: vemale.com

Untuk mengikuti program bayi tabung, calon ayah bunda perlu berkonsultasi terlebih dahulu mengenai program yang akan dijalani di klinik atau rumah sakit yang menyediakan program bayi tabung.

Kemudian dokter akan melakukan wawancara mengenai riwayat kesehatan calon ayah bunda. Setelah itu, dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan meliputi HSG (HisteroSalphingoGrafi), USG, pemeriksaan hormonal (FH, LH, progesteron, dan lainnya), pemeriksaan cadangan sel telur istri, serta pemeriksaan analisis sperma suami. Selain itu juga akan ada skrining HIV dan Hepatitis.

Dari pemeriksaan tersebut baru dapat dilihat penyebab gangguan kesuburan pasangan. Selanjutnya ditentukan penanganan yang dimulai dari senggama pada masa subur, inseminasi, sampai dengan bayi tabung.
Pada kasus yang memang membutuhkan program bayi tabung seperti: kedua saluran indung telur tersumbat atau gangguan sperma berat, akan dilakukan pemeriksaan histeroskopi untuk melihat rongga rahim, juga akan dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap.

Upaya tersebut dilakukan untuk bisa memastikan bahwa tidak ada masalah fertilitas pada pasutri. Dengan kata lain, tanpa dilakukan penanganan infertilitas dasar terlebih dahulu, maka pasutri belum dapat mengikuti program bayi tabung. Untuk di Indonesia, syarat lain yang amat penting adalah pasangan yang mengikuti program bayi tabung harus suami istri yang sah.

sumber: bayitabung.com

Berikut ini akan saya jelaskan STEP BY STEP Program bayi tabung, umumnya program bayi tabung dimulai di saat hari kedua menstruasi. Berikut sekilas gambarannya :

- Saat haid hari ke-2 (biasa disebut dengan D2) datang ke dokter untuk dilakukan cek hormon dan USG yang kemudian menyimpulkan apakah siklus ini cocok untuk memulai program atau tidak.

- Selanjutnya mulai dilakukan suntik hormon, bisa pada hari ke-2 atau ke-3. Suntikan selanjutnya (pada hari ke-3, 4, 5 dan 6), bisa dilakukan sendiri di rumah. Bentuk suntikannya seperti pena (seperti suntikan pasien diabetes). Cara penggunaannya tinggal disuntikkan sendiri dua jari di bawah pusar. Walau mudah, tidak semua ibu berani melakukannya. Solusinya bisa datang ke klinik terdekat untuk minta disuntikkan oleh suster (dokter biasanya sudah membekali calon ibu dengan surat pengantar).

- Setelah 4 hari suntik (atau hari ke-7), calon bunda disarankan kembali ke dokter untuk melihat respon obat suntik.

- Empat hari kemudian (hari ke-11), dokter akan kembali melakukan pemantauan kondisi telur dengan USG. Jika sudah tampak membesar, dokter akan melakukan suntik terakhir, yakni suntikan pemecah telur. 

- Sesudah 36 jam (hari ke-13), akan dilakukan OPU (Ovum Pick Up), yakni pengambilan sel-sel telur (oosit) yang sudah matang dengan alat "penyedot" (semacam jarum). Tindakan ini umumnya akan disertai pembiusan. Beberapa sel telur yang sudah matang akan dibawa ke laboratorium dan dipertemukan dengan sperma yang sudah dikeluarkan, baik dengan dilakukan inseminasi langsung/ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection) atau tanpa inseminasi (konvesional). Proses pertemuan sel telur dan sperma dilakukan di cawan-cawan khusus (kultur). Di sinilah terjadi embrio, perkembangan embrio kemudian diamati setiap hari hingga tiba waktunya untuk melakukan transfer embrio. 

- Transfer embrio ke rahim calon bunda bisa dilakukan pada hari ke-2, 3 atau 5 setelah OPU, atau pada hari ke-16 (embrio berusia 3 hari). Jumlah embrio yang ditransfer bervariasi, antara 1-3 embrio. Transfer lebih dari 1 embrio dimaksudkan untuk mempertinggi kemungkinan kehamilan. Setelah transfer embrio, calon bunda akan diberi obat penguat rahim dan multivitamin sampai dengan 2 minggu kemudian, yaitu pada hari tes kehamilan (urine/darah).

- Setelah kehamilan diyakini terjadi, dilakukan pemantauan keadaan kehamilan hingga diyakini janin dapat tumbuh dengan baik.

Sumber artikel : Tabloid Nakita 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar